MURATARA | DETAKNEWS – Proyek rehabilitasi Puskesmas Pembantu (Pustu) Maur Baru di Kecamatan Rupit, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) kembali memantik sorotan tajam dari masyarakat. Meski progres bangunan diklaim telah mencapai sekitar 80 persen, kualitas pekerjaan di lapangan dinilai jauh dari kata memuaskan dan terkesan asal-asalan.Rabu(22/10/2025)

Pantauan media di lokasi, bagian teras bangunan tidak dilengkapi kanopi minimalis, padahal fungsinya sangat penting untuk melindungi akses utama, dinding, serta pasien dari panas dan hujan. Selain itu, konstruksi teras hanya memakai besi ukuran 8, yang dinilai terlalu kecil dan tidak sesuai untuk standar bangunan fasilitas kesehatan yang membutuhkan kekuatan struktur memadai.
Pada bagian atap, penggunaan reng juga menjadi sorotan lantaran pelaksana memakai baja ringan tipis, bukan taso berkualitas sebagaimana yang lazim digunakan untuk bangunan layanan publik. Warga menduga, keputusan tersebut merupakan bentuk penurunan spesifikasi material (spek turun) guna menekan biaya.

Sorotan masyarakat semakin tajam setelah melihat kualitas material pada bagian lantai dan cor bangunan. Adukan cor tidak memakai batu seplit sebagaimana standar teknis, melainkan hanya memakai pasir sertu biasa, sehingga struktur dinilai rapuh dan tidak kokoh. Bahkan, sejumlah titik cor terlihat menempel ke dinding tanpa perataan yang baik, memperkuat dugaan bahwa pekerjaan dilakukan terburu-buru dan tidak mengikuti prosedur konstruksi yang benar.
Padahal, kondisi wilayah setempat termasuk rawan banjir, dan sebelumnya air pernah mencapai lebih dari satu meter hingga membuat obat-obatan di Pustu terbuang sia-sia. Dengan fakta tersebut, masyarakat menilai penggunaan material cor tanpa seplit adalah kesalahan fatal yang bisa berdampak pada keamanan bangunan dalam jangka panjang.
Selain soal material, warga juga menyesalkan adanya material bongkaran yang dibuang sembarangan di sekitar lingkungan desa. Hal ini dinilai menunjukkan buruknya manajemen proyek dan lemahnya pengawasan pihak terkait.
Padahal, proyek senilai Rp 455.450.000, yang bersumber dari APBD Muratara Tahun Anggaran 2025 dan dikerjakan oleh CV Raditya Perkasa Mandiri dengan masa kerja 90 hari kalender, seharusnya mampu memberikan hasil yang jauh lebih baik.
“Kalau bangunannya seperti ini, apa pantas disebut rehab hampir setengah miliar? Besinya kecil, cornya tanpa seplit, kanopi pun tidak ada. Ini fasilitas kesehatan, bukan bangunan coba-coba,” ujar salah seorang warga dengan nada kesal.
Masyarakat mendesak Dinas Kesehatan Muratara serta tim pengawas turun langsung melakukan evaluasi. Mereka berharap, proyek yang menggunakan uang rakyat ini tidak dibiarkan berjalan tanpa kontrol.
“Pengawasan jangan hanya di atas kertas. Kalau seperti ini dibiarkan, rakyat yang dirugikan,” tegas warga lainnya.
Hingga berita ini diturunkan, pihak rekanan maupun pejabat dinas belum memberikan klarifikasi resmi atas kondisi proyek yang kini menjadi sorotan publik. (Habi)


